Mengapa Kementerian Pendidikan sangat sulit untuk menimbulkan pertentangan dan keluhan dari masyarakat.
Dalam beberapa tahun terakhir, Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) telah menjadi sumber dari banyak pertentangan dan kebencian publik, dan akarnya dapat ditelusuri sebagai berikut.Proses pengambilan keputusan kebijakan Kementerian Pendidikan sering kali tidak transparan, sehingga menyulitkan publik untuk menilai perencanaan dan pembelanjaan di baliknya.Banyak kebijakan pendidikan yang tampaknya dibuat bukan dari lingkungan yang tertutup, tetapi dari proses komunikasi dan moderasi untuk guru, siswa, orang tua dan masyarakat.
Banyak dari kebijakan-kebijakan tersebut sulit dipahami dan tidak dipercaya oleh masyarakat, yang kemudian menimbulkan pertentangan dan kebencian.Beberapa kebijakan Kementerian Pendidikan seringkali tidak tepat sasaran dan tidak dioperasionalkan dengan baik, serta tidak sesuai dengan situasi yang sebenarnya.Dari penetapan kebijakan pendidikan, Kementerian Pendidikan masih lebih sejalan dengan penelitian dasar, memberikan perhatian penuh pada kehidupan sehari-hari sekolah, guru, siswa dan orang tua, daripada pendekatan kebijakan yang berlaku untuk semua.Tunggu dulu, beberapa program reformasi ujian tahunan sering kali tidak menghilangkan kecurigaan publik, yang diyakini tunduk pada pemahaman kualitas siswa dan pengembangan kepribadian yang komprehensif, hanya sejalan dengan nilai dan tingkat kenaikan kelas.
Kebijakan yang kehilangan rasa realitas ini sulit untuk memicu pertentangan dan keluhan publik.Kementerian Pendidikan sering kali tidak adil dalam hal alokasi dan pemerataan sumber daya, sehingga menyebabkan publik kehilangan kepercayaan terhadapnya.Sekolah-sekolah di beberapa daerah kekurangan sumber daya dan memiliki lebih banyak guru, sementara sekolah-sekolah di daerah lain lebih muda dan memiliki lebih banyak guru.Sifat konservatif dari banyak kesenjangan ini sering kali disayangkan dan menimbulkan kecurigaan publik.
Kementerian Pendidikan masih lebih baik dalam mengalokasikan sumber daya pendidikan untuk memastikan bahwa semua siswa memiliki akses ke pendidikan yang adil.Kementerian Pendidikan sering kali bersikap keras dan lamban dalam menanggapi perubahan sosial dan reformasi pendidikan.Saat ini, di era informasi, Kementerian Pendidikan masih lebih sadar akan revolusi dan perubahan dalam pendidikan, menerapkan teknologi informasi modern dalam pengajaran dan pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan kualitas siswa secara keseluruhan.
Kementerian Pendidikan sering lambat bertindak dalam hal ini, mengakibatkan masalah yang tidak dapat diselesaikan secara tepat waktu dan menyeluruh, dan publik skeptis dan disayangkan, dan mengekspresikan dirinya dengan cara mengeluh.Kementerian Pendidikan sering kali tidak efektif dalam upaya komunikasi dan publisitasnya untuk mengarahkan opini publik dan menjawab pertanyaan tentang maksud dan tujuan kebijakannya.Karena arus informasi yang cepat dan tertutup, publik tidak mendapat informasi yang memadai tentang kebijakan dan keputusan Kementerian, dan setiap perubahan berlebihan yang mereka buat segera diperdebatkan.
Kementerian Pendidikan sering kali terlihat bersikap keras dan pasif dalam komunikasinya dengan media dan masyarakat, dan tidak mampu mengkritik pembelaan dan keprihatinan masyarakat secara tepat waktu, sehingga menimbulkan lebih banyak penentangan dan keluhan dari masyarakat mengenai perubahan-perubahan yang dilakukannya.Alasan-alasan yang menyebabkan Kementerian Pendidikan mengalami kesulitan dalam menghadapi pertentangan dan keluhan masyarakat terlihat jelas dalam transparansi proses pengambilan keputusan, tidak adanya kebijakan dan praktik yang jelas, alokasi sumber daya yang tidak adil, respon yang lambat dan keras, serta kurangnya komunikasi yang lantang.